Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iman dan Kesehatan Mental

KESEHATAN TUBUH, JIWA DAN ROH SALING BERHUBUNGAN

3 Yohanes 1:2 Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.

Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Untuk memiliki kesehatan secara holistik, maka manusia perlu memastikan bahwa dia sehat secara tubuh, jiwa dan roh. Kesehatan tubuh akan berpengaruh kepada kesehatan jiwa. Misalkan saja orang yang tubuhnya sedang sakit, memiliki kecenderungan untuk lebih mudah emosional, lebih mudah marah, lebih mudah sedih dan sebagainya. 

Demikian juga sebaliknya seseorang yang secara mental atau kejiwaannya sedang tidak baik-baik saja. Maka biasanya akan disertai dengan gejala pada fisiknya juga. Bisa sakit kepala atau tiba-tiba mules bahkan diare saat menghadapi suatu persoalan yang mengganggu jiwanya. Hal yang sama juga berlaku dalam hubungan antara iman (kesehatan roh) dengan kesehatan mental (kesehatan jiwa). 

Mengapa kita perlu iman untuk menjaga kesehatan mental kita?


Fakta bahwa Jiwa Manusia itu Rapuh


Orang yang terlihat bahagia belum tentu dalam jiwanya itu juga bahagia. Amsal 14:13a mengatakan “Di dalam tertawa pun hati dapat merana”. Contoh dalam dunia nyata sudah banyak. Berapa banyak orang yang terlihat bahagia, terkenal bahkan menjadi idola namun ternyata hidupnya tidak bahagia, depresi bahkan beberapa dari mereka berakhir bunuh diri.

Nama-nama seperti Chester Bennington (vokalis Linkin Park), Elvis Presley, hingga komedian terkenal Amerika Serikat Robin Williams mengakhiri hidup dengan bunuh diri. 

Menurut situs resmi WHO kasus bunuh diri di seluruh dunia berhubungan erat dengan gangguan mental khususnya, depresi dan hilangnya kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup, seperti masalah keuangan, putusnya hubungan, atau rasa sakit akibat penyakit kronis.

Selain itu, pengalaman traumatis seperti konflik, bencana, kekerasan, pelecehan, atau kehilangan dan rasa terisolasi sangat terkait dengan perilaku bunuh diri. Angka bunuh diri juga tinggi di antara kelompok rentan yang mengalami diskriminasi.

Ada sekitar 703.000 kasus bunuh diri setiap tahunnya atau jika di breakdown maka 81-82 orang setiap hari yang setara dengan 1-2 orang setiap menitnya.

Sebuah fakta yang membuat kita mengerti bahwa betapa rapuhnya jiwa manusia dan betapa pentingnya untuk menjaga kesehatan mental kita.

TEORI TRAUMA LAHIR

Bahkan ada seorang psikolog Jerman bernama Otto Rank memiliki sebuah teori psikologi yang mengatakan bahwa semua manusia itu lahir dalam keadaan trauma dan insecure (merasa tidak aman/cemas). Seorang bayi yang terbiasa nyaman, tercukupi dan terlindungi dalam Rahim ibunya kemudian didorong keluar. Dia mulai melihat cahaya, mendengar suara-suara disekitar dan mencium berbagai bau yang asing baginya. Itulah sebabnya semua bayi lahir menangis.

Oleh karena itu, wajar jika kita memiliki kerapuhan dalam jiwa. Kita lahir saja sudah dalam keadaan trauma dan insecure.  Dan menurut Otto Rank perasaan trauma dan insecure itu akan terus dibawa manusia dalam proses pertumbuhannya hingga dia dewasa. 

Hubungan Iman dan Kesehatan Mental

Setelah tahu betapa rapuhnya jiwa manusia, maka kita perlu bertopang kepada sesuatu yang kuat dan kokoh agar jiwa kita juga menjadi kuat. Disinilah iman kita kepada Tuhan berperan. Iman menjadi bagian penting agar kita memiliki mental yang sehat dan kuat.

Iman itu berbicara tentang keintiman dengan Tuhan. Iman itu percaya karena dekat dan mengenal Tuhan. Daud adalah contoh orang yang memiliki mental yang kuat dan sehat. Daud pernah berkata bahwa rahasia ketenangan jiwanya adalah dekat dengan Tuhan.

Mazmur 62:2 Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.

Didalam hadirat Tuhan, jiwa kita mengalami ketenangan. Seseorang yang hidup dalam hadirat Tuhan, maka kondisi jiwanya/mentalnya/emosionalnya jauh lebih tenang. 

Hal ini juga diakui juga secara ilmu pengetahuan. Menurut penelitian, orang yang rutin meluangkan waktu teduh akan jauh memiliki ketenangan dalam jiwanya

Ketika dicek dengan scan MRI, orang yang berdoa aktivitas otaknya jauh lebih tenang.

Dalam kedekatan dengan Tuhan inilah kita beroleh iman yang percaya bahwa Tuhan selalu menyertai setiap langkah hidup kita sehingga jiwa kita pun menjadi kuat.

Namun dalam kaitan dengan kesehatan mental, kita tentu tidak hanya berbicara soal seberapa banyak kita ber saat teduh atau berdoa

Kita tidak bisa hanya berdoa dan ber saat teduh sepanjang hari kemudian berharap memiliki kesehatan jiwa. Justru untuk memiliki kesehatan baik secara jiwa dan tubuh kita perlu aktif bergerak, ada tindakan iman yang kita lakukan.

Bukan berarti doa tidak penting, justru itu penting sebagai dasar tindakan kita.

Daud bahkan melakukannya sampai tujuh kali sehari

Mazmur 119:164 (TB)  Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. 

Iman seperti apa yang dapat menjaga kesehatan mental?

Iman yang membawa kesehatan mental adalah iman yang hidup, artinya iman yang disertai dengan tindakan

Yakobus 2:26 (TB)  Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. 

Tindakan iman yang membuat jiwa atau mental kita sehat


Ada dua tindakan iman yang dinasehatkan rasul Yohanes kepada Gayus agar jiwanya tetap sehat

Berbuat Baik


Bila melihat kembali ayat awal yang kit baca yakni 3 Yohanes 1:2 mengatakan bahwa kesehatan tubuh dipengaruhi oleh kesehatan jiwa

3 Yohanes 1:2 Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.

Kemudian rasul Yohanes menjelaskan dalam ayat selanjutya mengapa dia dapat melihat bahwa jiwa dari Gayus (lihat ayat 1) itu baik-baik saja atau sehat, yakni karena Gayus hidup dalam kebenaran.

3 Yohanes 1:3-4 Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran. Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.


Dengan kata lain kesehatan jiwa Gayus itu karena dia menghidupi imannya dalam kebenaran. Iman yang diwujudkan dalam hidup. 

Hal ini terlihat pada ayat selanjutnya yang mengatakan hal-hal yang diperbuat Gayus sebagai wujud dari imannya.

Berbuat baik adalah wujud nyata hidup dalam kebenaran 


3 Yohanes 1:5-6 Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing. Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah.


Gayus begitu setia dalam pelayanan, bahkan dia melayani orang-orang percaya yang tidak dia kenal. Iman seperti inilah yang akan membuat jiwa kita menjadi sehat. Iman yang hidup adalah iman yang disertai dengan perbuatan. 

Mengapa iman yang terwujud nyata dalam perbuatan baik membuat jiwa kita sehat? Karena saat kita berbuat baik, maka kita akan menjadi orang yang bersukacita dan berbahagia. Kebahagiaan inilah yang akan membuat jiwa kita sehat.

Yeremia 6:16 (TB)  Beginilah firman TUHAN: "Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuh lah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau menempuhnya! 

Amsal 28:1 (TB)  Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda. 


Hubungan berbuat baik dengan kesehatan mental 


Secara Biologis 

Penelitian menunjukkan bahwa berbuat baik pada orang lain, benar-benar membuat kita bahagia. Memutuskan untuk bermurah hati dan memahami orang lain, mengaktifkan area di otak bernama striatum.

Menariknya, area ini merespons hal-hal yang kita anggap bermanfaat – seperti makanan enak hingga obat-obatan yang membuat ketagihan. Perasaan baik setelah menolong orang lain memiliki istilah ‘cahaya hangat’. Aktivitas yang kita lihat di striatum merupakan dasar biologis dari perasaan baik tersebut.

Secara Psikologis 

Penelitian dalam psikologi juga menunjukkan kaitan antara kebaikan dan kesehatan mental sepanjang hidup.

Mengapa berbuat baik bisa membuat kita sehat secara mental

1.Senyum yang menular

Salah satu contoh berbuat baik adalah bisa membuat orang lain tersenyum. Jika kita melihat senyum mereka secara langsung, kita pun bisa ikut bahagia.  

Teori kunci mengenai bagaimana kita memahami orang lain dalam ilmu saraf menyatakan bahwa melihat orang lain menunjukkan emosinya, mengaktifkan area yang sama di otak seolah-olah kita merasakannya juga.

Kita mungkin pernah ikut tertawa hanya karena orang-orang di sekitar kita tertawa.


2.Melakukan sesuatu yang benar

Melakukan kebaikan untuk menghibur orang yang sedih bisa membuat perasaan kita lebih nyaman karena menganggap telah melakukan sesuatu yang benar.

Efeknya akan lebih kuat jika terjadi pada orang-orang terdekat, namun bisa juga dengan orang yang tidak kita kenal sekalipun seperti yang dilakukan Gayus


3.Menciptakan koneksi

Berbuat baik membuka banyak kemungkinan baru dan mengembangkan hubungan sosial dengan orang lain. Tindakan baik hati seperti memberikan seseorang hadiah atau menemaninya minum kopi bisa menguatkan pertemanan. Efeknya untuk diri sendiri: membuat mood lebih baik.


4.Identitas yang baik

Kebanyakan orang senang jika mengetahui dirinya termasuk orang yang baik. Jadi, tindakan kebaikan membantu kita menunjukkan identitas positif dan bangga dengan diri sendiri.


5.Kebaikan bisa datang kembali

Penelitian psikologi menunjukkan bahwa kebaikan bisa kembali kepada kita. Ini bisa terjadi secara langsung atau tidak.

Seseorang mungkin ingat bahwa kamu pernah menolongnya, maka ia mungkin membantumu di kemudian hari. Atau bisa juga, kebaikan seseorang dalam sebuah kelompok meningkatkan semangat yang lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Galatia 6:9 (TB)  Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.

Menjaga Hati


Rasul Yohanes secara tidak langsung menasihati Gayus untuk menjaga hati agar tidak ikut kepada perilaku jahat dari seseorang bernama Diotrefes.

3 Yohanes 1:11 (TB)  Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.

Seperti halnya…

Kesehatan tubuh itu dipengaruhi dari akumulasi apa yang kita masukan lewat mulut atau apa yang kita makan

Kesehatan jiwa atau kesehatan mental itu dipengaruhi oleh akumulasi dari data dan informasi yang masuk dalam jiwa melalui pikiran dan perasaan kita sehingga berpengaruh kepada tindakan kita

Jika kita salah makan atau sembarang makan maka tubuh akan sakit atau mungkin yang sering adalah diare

Hati yang lemah atau tubuh yang lemah itu disebut sebagai emosi negatif 

Emosi berasal dari kata emovere yang berarti tubuh yang terusik karena opsi cara pandang kita

Emosi adalah gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta dalam bentuk ekspresi tertentu.

Panca indera kita merespon data dan informasi serta pengalaman yang kita peroleh. Jika data, informasi dan pengalaman itu salah, maka respon kita juga bisa salah atau yang sering disebut sebagai emosi negatif

Contoh

Kita mengenal seseorang, katakan saja si A. Kita mengenal si A ini orang yang baik. Si A juga tidak pernah berbuat yang salah dan jahat terhadap kita. Namun suatu saat kita bertemu dengan orang yang tidak suka dengan si A dan orang tersebut menceritakan hal-hal yang jelek tentang si A. 

Apabila kita tidak menjaga hati, maka kita bisa memiliki cara pandang yang berubah terhadap si A. Yang tadinya kita pandang baik, namun sekarang kita pandang jelek. Hal itu terjadi hanya karena kesesatan data dan informasi tentang si A yang kemudian kita terima begitu saja tanpa kita menjaga hati.

Hal inilah yang dinasehatkan kepada Gayus agar dia tetap memiliki kesehatan jiwa.


Sebab jika hati kita dipenuhi emosi negatif, maka tentu secara jiwa atau mental kita akan sakit.


Amsal 4:23 (TB)  Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. 

Lukas 6:45 (TB)  Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."

Kesimpulan

Jadi kali ini kita belajar bahwa untuk menjaga kesehatan mental kita, maka milikilah iman yang hidup

Dimulai dengan membangun keintiman dengan Tuhan kemudian mewujudkan iman itu dalam tindakan yang bisa membuat mental kita sehat, yakni berbuat baik dan menjaga hati kita dan percayalah bahwa Tuhan selalu ada disetiap langkah kehidupan kita, Amin!!



Posting Komentar untuk "Iman dan Kesehatan Mental"