Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SINERGI POTENSI BAGI KERAJAAN ALLAH

Secara sederhana sinergi dapat diartikan sebagai bekerja sama atau menggabungkan setiap potensi untuk mendapatkan hasil yang optimal. 

Tim yang bersinergi akan jauh lebih hebat daripada hanya bagian-bagian tertentu saja yang bekerja. Alkitab juga mengajarkan kita bahwa dua orang akan jauh dapat lebih bertahan menghadapi serangan daripada seorang diri. Bahkan digambarkan tali tiga lembar saja tak mudah diputuskan.

Pengkhotbah 4:12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.

Hal ini menggambarkan betapa pentingnya sebuah sinergi, apalagi bila berbicara mengenai pekerjaan Tuhan atau Kerajaan Allah. Pekerjaan Tuhan atau misi Kerajaan Allah merupakan hal besar yang tak bisa dikerjakan sendirian. 

Gereja jika ingin berkembang dan maju memerlukan sinergitas antar bagian dalam komunitas tersebut. Demikian juga keluarga Kristen adalah komunitas yang penting bagi misi Kerajaan Allah.

Keluarga-keluarga Kristen harus mampu bersinergi agar bisa mencapai hasil yang maksimal bagi Kerajaan Allah. Bagaimana seseorang bisa bersinergi dalam komunitas yang lebih besar lagi bila dalam keluarganya saja tidak bisa saling bekerjasama dan bersatu.

Jadi berbicara mengenai sinergi bagi Kerajaan Allah, bukan hanya berbicara kerjasama orang per orang dalam Gereja, namun juga dimulai dari keluarga. 

Contoh 

Suami istri bersinergi untuk mendidik anak

Lalu apa yang menjadi nasihat Firman Tuhan agar sebagai orang percaya kita dimampukkan untuk bisa bersinergi dengan orang lain dalam setiap komunitas dimana Tuhan menempatkan kita?

Kita akan belajar dari satu nats Firman Tuhan yang terdapat dalam Filipi 2:1-11. LAI atau Lembaga Alkitab Indonesia memberikan judul perikop “Nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus”. Dalam nats ini Paulus menasihatkan jemaat di Filipi agar mampu bekerjasama dan bersatu untuk pekerjaan Tuhan.

Apa saja nasihat yang bisa kita pelajari agar kita menjadi pribadi yang mampu bersinergi dengan orang lain dan memuliakan Tuhan?

1. Tidak Mementingkan Diri Sendiri

Filipi 2:3a dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.

Melalui ayat ini kita belajar bahwa hal pertama yang perlu kita miiki untuk menjadi pribadi yang mampu bersinergi dengan orang lain adalah tidak mementingkan diri sendiri atau biasa dikatakan tidak egois.  Keegoisan adalah penyebab utama konflik dan perpecahan dimanapun didunia ini.

Yakobus 3:16 (TB)  Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Bisa dibayangkan betapa kacaunya dunia ini apabila setiap orang hanya mementingkan dirinya sendiri. Di gereja, apabila setiap orang hanya ingin dipenuhi keinginnanya, maka yang terjadi pasti konflik dan perpecahan. 

Misalkan, masalah sederhana soal AC ruangan. Sebagian orang merasa terlalu dingin, sebagian merasa kurang dingin. Lalu masing-masing orang meminta gereja memenuhi keinginannya. Apa yang terjadi? Pasti kekacauan. Bahkan soal Firman Tuhan saja, bila kita hanya mementingkan diri sendiri maka akan terjadi kekacauan. 

Yang seorang pengin Khotbah yang lucu-lucu saja, yang ringan-ringan saja, hidup sudah susah. Sementara yang lain merasa khotbah itu ya harus yang mendalam, kalau perlu bahas detail dari bahasa aslinya biar bisa lebih paham. Yang lain menilai Firman Tuhan dari pribadi pengkhotbah, malas dengar kalau dia yang Khotbah. Ngomongnya kagak jelas, hidupnya aja gak sesuai dengan yang diomongin, dan sebagainya.  

Jika demikian, bukankah hanya akan ada kekacauan? 

Firman Tuhan berkata bahwa jika seseorang hidup dalam Kristus, maka pusat hidupnya bukan lagi ego atau diri sendiri tetapi Tuhan.

Galatia 2:19 Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;

Galatia 2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Diterjemahkan bahasa lain “bukan lagi aku sendiri yang hidup” diterjemahkan sebagai “egoku tidak menjadi sentral lagi”

Hidup kita bukan milik kita lagi, tetapi milik Tuhan. Kalau hidup kita milik Tuhan, maka yang seharusnya kita kerjakan adalah menyenangkan Tuhan. Kita tidak melakukan dosa bukan lagi karena takut kepada hukuman Tuhan, namun karena kita mengasihi Tuhan. Orang yang mengasihi Tuhan akan senantiasa menjaga hatinya Tuhan dan tidak mau melukai hati Tuhan.

Oleh karena itu, tidak mungkin orang yang mengasihi Tuhan kemudian hidup hanya untuk memuaskan egonya sendiri. 

Seringkali kita marah saat orang menyinggung kita, tidak terima kemudian menyerang balik. Kita menjadi orang yang susah mengampuni. Mengapa? Karena ego-lah yang mengontrol dan mengendalikan hidup kita. 

Hidup penuh kepahitan, kebencian, ingin balas dendam, ingin melukai, ingin merendahkan orang lain agar kita terlihat lebih tinggi. Itu semua mengindikasikan hidup yang dipimpin oleh egonya.

Galatia 2:20 mengatakan bahwa yang seharusnya kita hidupi adalah Kristus bukan diri kita sendiri bukan ego kita. Kristuslah yang seharusnya ada didalam kita dan menjadi pusat hidup kita. Kristus yang ada dalam diri kita inilah yang seharusnya termanifestasi keluar.

Orang yang dikendalikan ego, pusat hidupnya ada pada dirinya sendiri dan orang seperti ini akan sulit bersinergi dengan orang lain bahkan mustahil untuk bisa hidup menyenangkan Tuhan.

Ingat ini baik-baik!! Hidup kita bukan sedang mencari pendapat baik dari orang lain. Bukan sedang mencari pembenaran dari orang lain. Bukan agar terlihat baik dan mengesankan orang lain. Hidup kita bukan karena pendapat orang lain, namun hidup kita seharusnya untuk mengasihi dan menyenangkan Tuhan.

Kalau hari ini kita masih mencoba ingin terlihat baik dihadapan orang lain agar mendapatkan pujian, agar orang lain terkesan, agar kita dihargai orang lain dan kita melakukannya dengan kekuatan kita sendiri, maka sebenarnya kita bukan sedang dipimpin oleh Roh melainkan dipimpin oleh kedagingan kita, yakni keegoisan kita. 

Alkitab mencatat bahwa kepentingan diri sendiri alias keegoisan itu termasuk dalam perbuatan daging yang setara dengan penyembahan berhala, sihir, dan sebagainya.

Galatia 5:19-21 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.


Maka dari itu, kita perlu waspada, agar kita tidak terbelenggu dan hidup dikendalikan ego kita sendiri, tetapi marilah kita menjadikan Kristus pusat hidup kita sehingga hidup kita hanya untuk menyenangkan hati Tuhan.


2. Rendah Hati


Filipi 2:3b Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;


Lebih lanjut Alkitab mengajarkan kita bagaimana agar dapat bersinergi dengan orang lain. Selain tidak hidup egois, kita juga dinasihati untuk memiliki sikap rendah hati.


Rendah hati tentu berbeda dengan rendah diri. Rendah hati bukan sikap atau perasaan tidak bisa apa-apa atau tidak mampu berbuat apa-apa.


Rendah hati menyadari potensi diri, namun sekaligus menyadari bahwa semua pontensi itu dari Tuhan dan ia memerlukan orang lain (senergi dengan orang lain) untuk terus mengembangkan dan menggunakan potensinya.


Orang yang rendah hati akan menganggap orang lain lebih utama /lebih penting. 


Pola pikirnya bukan tanpa aku mereka tidak bisa apa-apa 


namun tanpa mereka aku tak bisa sendiri.


Bagaimana agar kita bisa bertumbuh dalam kerendahhatian?


3 Langkah Menjadi Pribadi Yang Rendah Hati


Filipi 2:5 (TB)  Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 


#Melihat diri sendiri dari sudut pandang Tuhan 


Yakobus 4:10 (TB)  Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu. 


Fokus merendahkan diri dihadapan Tuhan bukan kepada diri sendiri (merendahkan diri), seperti memunculkan perasaan saya tidak mampu, saya tidak kuat, saya tidak bisa. 


Namun Fokus merendahkan diri adalah kepada Tuhan sang sumber kekuatan dan kemampuan bagi kita.


Merendahkan diri bukan berarti membuang rasa kepercayaan diri dan merasa tidak mampu dan tidak berdaya. 


Merendahkan diri dihadapan Tuhan justru berarti memiliki kepercayaan diri yang berasal dari Tuhan. Mempercayai bahwa dalam dirinya ada Tuhan.


Merendahkan diri dihadapan Tuhan adalah sikap menyadari adanya sumber kekuatan yang tak terbatas yakni Yesus yang ada dalam dirinya.


Dalam diri kita ada Yesus, satu-satunya yang terbesar. Jadi yang besar bukan diri kita tetapi Yesus yang telah memberikan segala potensi, kekuatan dan kasih dalam diri kita 


Kesombongan itu tersenyum melihat orang lain karena merasa lebih baik,


Rendah hati itu tersenyum memandang Tuhan, dan percaya diri karena ada Tuhan yang selalu memberi pertolongan dan anugerah 


#Melihat orang lain dari sudut pandang Tuhan 


Yohanes 13:34 (TB)  Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.


Yesus memberikan perintah ini setelah dia memberikan teladan kerendahan hati dengan membasuh kaki murid-muridnya (Yoh 13:1-20)


Yesus memberikan perintah agar kita saling mengasihi sama seperti Yesus telah mengasihi kamu


Bagaimana Yesus mengasihi kita? Yesus telah memberikan segalanya bagi kita bahkan taat sampai mati dikayu salib bagi kita


Filipi 2:8 (TB)  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.


Dengan cara demikian juga kita harus saling mengasihi. Bukan berarti kita juga harus disalib secara lahiriah, namun kita perlu menyalibkan segala kedagingan dan keegoisan kita untuk bisa mengasihi orang lain sama seperti Yesus telah mengasihi.


Jika Yesus sudah mati untuk semua orang, untuk saya dan saudara, maka..


bagaimana mungkin kita bisa merendahkan orang lain yang untuknya Yesus telah mati


Bagaimana kita bisa membenci orang lain yang untuknya Yesus telah mati


Bagaimana kita bisa menyakiti orang lain yang untuknya Yesus telah mati 


Bukankah seharusnya kita mengasihi mereka sama seperti Yesus telah mengasihi kita?


Apa yang perlu kita lakukan kepada orang-orang yang untuk mereka Yesus telah mati?


TEMUKAN KEBUTUHAN MEREKA DAN BANTU MEREKA


BUKAN


TEMUKAN KESALAHAN MEREKA DAN RENDAHKAN MEREKA 


Sekalipun ada orang yang melakukan kesalahan, bagian kita tetap harus menemukan apa yang mereka perlukan dan bantu mereka.


Orang-orang yang melakukan kesalahan perlu nasihat dalam kasih, perlu doa kita, perlu kesaksian hidup kita agar menjadi teladan dan bisa memperbaiki kesalahan mereka. 


Filipi 2:1 (TB)  Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,


Lihatlah orang lain dari sudut pandang Tuhan, bagaimana Tuhan mengasihi mereka dan mati bagi mereka


#Melihat Pelayanan dari Sudut Pandang Tuhan 


2 Timotius 4:7 (TB)  Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.


Paulus mengatakan hal ini sebelum dia pada akhirnya mati dipenggal dalam penjara Roma. Mengapa dia bisa mengatakan telah mengakhiri pertandingan dengan baik dan mencapai finis dengan tetap memelihara iman?


Mari lihat bagaimana Paulus berkorban bagi kerajaan Allah?


2 Korintus 11:24-28 (TB)  Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,  

tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. 

Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.  

Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,

dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. 


Ayat tersebut menggambarkan bagaimana Paulus memberikan segalanya yang dia miliki bagi pelayanan kerajaan Allah.


Mengapa Paulus dapat memberikan segalanya?


Paulus menyadari bahwa waktunya terbatas. Suatu saat dia harus mengakhiri pertandingan dan mencapai garis akhir hidupnya.


Oleh karena itulah Paulus mengambil satu komitmen untuk memberikan segalanya bagi Kerajaan Allah. Dengan kata lain Paulus memberi dirinya untuk melayani orang lain


2 Korintus 11:28 (TB)  dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. 


Kita tidak punya banyak waktu untuk tinggal dalam dunia ini. Cepat atau lambat kita akan mati dan tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk melayani orangtua kita, melayani pasangan kita, melayani anak kita, melayani keluarga kita, melayani teman-teman kita, melayani orang-orang disekitar kita 


Hidup ini terlalu singkat untuk hanya memikirkan diri sendiri dan memikirkan betapa hebatnya kita.


Jadi mari pikirkan apa yang Tuhan pikirkan, lihat apa yang Tuhan lihat dan kerjakan apa yang perlu kita kerjakan!!


Lihat dan kerjakan apa yang bisa kita kerjakan bagi kerajaan Allah, bagi jiwa-jiwa dan bagi orang-orang disekitar kita.


Miliki kerendahan hati untuk bisa bersinergi dengan orang lain dan menjadi berkat. Sehingga suatu saat kita juga bisa berkata seperti Paulus, aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan tetap memelihara iman.


Filipi 2:10-11 (TB)  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 

dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! 


Posting Komentar untuk "SINERGI POTENSI BAGI KERAJAAN ALLAH"