Natal, Membangun Takhta Allah Dalam Hidup Kita
Natal adalah sebuah fakta bahwa Tuhan hadir diantara manusia. Tuhan yang adalah Raja atas segala raja telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba dan taat sampai mati.
Mazmur 99:1 (TB) TUHAN itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub-kerub, maka bumi goyang.
Selain disebut sebagai Bapa, Allah juga adalah Raja. Tuhan meninggalkan TahktaNya untuk menyelamatkan kita, sedangkan kita seringkali meninggalkan Tuhan untuk membangun Takhta kita sendiri
Perenungan: Hidup kita sedang membangun Takhta Allah atau Membangun Tahkta Keegoisan kita?
Terkadang kita sibuk membangun Tahkta kita sendiri dan lupa bahwa seharusnya kita membangun Tahkta Allah dalam hidup kita karena Dia adalah Raja dalam hidup kita
Saat kita melakukan sesuatu, apa yang menjadi motivasi kita melakukannya? Apakah agar Tuhan yang dipuji atau agar kita yang naik tinggi?
Seringkali kita sibuk bekerja hanya untuk mendirikan kerajaan bisnis kita sendiri dan membangun karir hanya agar lebih dihargai dan puji orang
Seringkali Kita sibuk melayani agar mendapatkan pujian dan hormat dari orang lain
Jangan jadikan mimbar sebagai panggung apalagi singgasana, tetapi jadikan itu mezbah tempat di mana engkau mempersembahkan hidupmu bagi Tuhan
Jangan jadikan pekerjaan dan bisnismu sebagai kerajaanmu sendiri, jadikan itu alat bagi kerajaan Allah
Jangan jadikan hidupmu sebagai tempat untuk ego berkuasa, tetapi biarkan Tuhan yang berkuasa dan memerintah sebagai raja atas hidupmu
Dan menjadi lebih sulit lagi karena itu adalah soal hati yang hanya diri sendiri mengerti.
Yohanes 3:30 (TB) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
Seseorang yang mengenal Tuhan dan mengerti bahwa Tuhan adalah Raja, maka dia akan membangun Tahkta Allah dalam hidupnya
MEMBANGUN TAHKTA ALLAH DALAM HIDUP KITA
Dalam perjanjian lama ada seorang tokoh Alkitab yakni nabi Yesaya yang mendapatkan sebuah penglihatan tentang takhta Allah.
Yesaya 6:1 (TB) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
Dengan jelas ayat tersebut menyatakan bahwa Tuhan itu duduk di atas takhta. Oleh karena itu, pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama adalah bagaimana agar ada takhta Allah yang disiapkan dalam hidup kita agar Tuhan hadir bertakhta diatasnya?
Mazmur 22:4 Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
Bersemayam itu artinya berdiam, tinggal, duduk atau bertakhta
Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa Tuhan itu bertakhta diatas puji-pujian orang Israel
Orang Israel menggambarkan umat Allah atau orang yang percaya kepada Allah termasuk kita hari ini
Dengan demikian maka bisa dikatakan bahwa pujian umat Tuhan adalah takhta Allah, tempat Allah bersemayam
Pujian merupakan perkataan pengangungan bagi Tuhan yang dilantunkan atau diucapkan dengan tulus kepada Tuhan bisa juga menggunakan alat musik
Lalu apa yang terjadi saat kita membangun Takhta Allah melalui pujian yang kita naikan?
Kembali ke nats kita hari ini
Yesaya 6:1 (TB) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
Dikatakan dalam ayat tersebut "di atas takhta yang tinggi" dan "ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci" artinya saat Tuhan ditinggikan melalui pujian kita, maka kuasa-Nya memenuhi Bait Suci
Ujung jubah Tuhan itu berbicara tentang kuasa Tuhan, ingat kisah perempuan yang 12 tahun pendarahan menjadi sembuh saat menjamah jumbai jubah Yesus.
Menyentuh saja kuasa Tuhan bisa menyembuhkan, apalagi bila dikatakan memenuhi Bait Suci yang artinya adalah kita umatNya (Orang percaya adalah Bait Allah)
Dalam Alkitab cukup banyak kisah yang menggambarkan betapa sangat berkuasanya pujian yang kita naikkan kepada Tuhan.
Contoh:
TEMBOK YERIKO RUNTUH DENGAN PUJIAN MENGGUNAKAN SANGKAKALA
Yosua 6:20 (TB) Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu.
Pujian kepada Tuhan dapat menghancurkan tembok penghalang untuk mencapai janji Tuhan/potensi maksimal hidup kita (Kanaan lambang dari potensi maksimal)
ROH JAHAT DALAM SAUL PERGI SAAT DAUD MEMUJI TUHAN
1 Samuel 16:23 (TB) Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.
Pujian kepada Tuhan dapat mengusir segala roh jahat yang mengganggu, mengintimidasi dan menguasai hidup kita,
Kisah Para Rasul 16:25-26 (TB) Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Pujian kepada Tuhan dapat membebaskan kita dari belenggu dosa dan segala macam ikatan yang ada dalam hidup kita
Uraian diatas membuktikan kuasa pujian dapat melakukan perkara ajaib dan besar. Namun mungkin ada diantara kita yang berpikir bahwa hal-hal semacam itu hanya terjadi pada tokoh-tokoh Alkitab saja dan tidak demikian pada jalan sekarang ini.
Namun nyatanya ada banyak orang mengalami mujizat ketika mereka manaikkan pujian bagi Tuhan. Kesaksian semacam itu sudah jamak kita temukan di media sosial.
Kesaksian Tentang Kuasa Pujian
Baru-baru ini saja saya melihat potongan video kesaksian di Instagram. Seorang perempuan yang selamat setelah mengalami penusukkan karena sepanjang di ruang ICU dia memuji Tuhan. Sepanjang memuji Tuhan dia berserah diri dan percaya hanya Tuhan saja yang dapat menolong hidupnya.
Pada akhirnya perempuan tersebut dapat melewati masa-masa krisis dalam hidupnya dan sembuh total. Bahkan bukan hanya fisiknya tapi juga hatinya. Perempuan itu mampu melepaskan pengampunan bagi orang yang menusuknya.
Pujian dapat menyembuhkan kita dan melewatkan kita dari masa krisis.
Kisah berikutnya adalah cerita masa kecil saya sendiri. Saat kecil kamu hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit. Kami tinggal dirumah yang mungkin lebih tepat dikatakan gubuk.
Rumah kamu terbuat dari papan kayu yang keropos dengan dinding anyaman bambu. Sedangkan lantainya langsung tanah. Saat musim hujan adalah saat yang selalu menegangkan bagi kami. Apalagi bila hujan turun disertai angin kencang. Posisi rumah yang ada di tepi sungai membuat angin menerpa rumah tanpa penghalang.
Saya ingat setiap kali hujan angin, Mamah selalu menaikan pujian. Dalam kekuatirannya beliau berserah diri kepada Tuhan melalui pujian. Pujian yang selalu saya ingat sampai hari ini.
Pujian itu mengatakan "Dia (Tuhan) tak pernah lepaskan tanganku, walau angin menderu serta ombak memburu, Dia tak pernah lepaskan tanganku" Mungkin sebagian saudara sekalian tahu tentang lagu tersebut.
Apa yang terjadi saat pujian itu dinaikkan oleh mamah saya? Apakah angin dan hujan berhenti? Jawabnya tidak!!
Angin dan hujan memang tidak berhenti, namun saat pujian dinaikkan hati kami menjadi jauh lebih tenang. Kekuatiran itu sirna dan kamu bisa melewati situasi seperti itu hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun tanpa rumah itu menjadi roboh. Bahkan sampai pada akhirnya kami bisa merenovasi rumah tersebut dengan bangunan permanen dan kokoh.
Demikian besar kuasa pujian saat kita naikkan dengan iman kepada Tuhan sebab Tuhan bertakhta diatas puji-pujian umatNya. Oleh sebab itu, pakailah mulut kita untuk memuji Tuhan.
Ingat mulut kita seharusnya digunakan untuk memuji Tuhan, sebab dengan memuji Tuhan maka kita sedang membangun Takhta Allah.
Dan apabila Tahkta Allah ada dalam hidup kita, maka Tuhan akan hadir dan kuasaNya akan memenuhi hidup kita
Mulut kita untuk memuji Tuhan bukan untuk mengutuk atau menghina sesama kita.
Yakobus 3:9-10 (TB) Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
Dengan menaikkan pujian bagi Tuhan kita sedang membangun Takhta Allah, sebaliknya ketika mengutuk dan menghina kita sedang membangun Takhta Setan.
Mazmur 103:1-5 (TB) Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.
Mari melewati tahun 2023 dan menyambut tahun baru 2024 dengan pujian kepada Tuhan atas segala kebaikanNya.
Meski banyak hal yang terjadi, suka duka silih berganti namun tetaplah naikan pujian bagi Tuhan
Pujian itu untuk mengingatkan kebaikan Tuhan atas hidup kita (mengingat betapa dalamnya kasih Tuhan, mengagumi rencananya yang baik bagi kita, mengagumi betapa Tuhanlah satu-satunya yang layak kita puja). Biarlah kita membangun Takhta Allah dalam hidup ini, Amin..
Posting Komentar untuk "Natal, Membangun Takhta Allah Dalam Hidup Kita"