Dasar Yang Benar Dalam Mengucap Syukur
Dalam 1 Tesalonika 5:18, ucapan syukur adalah kehendak Tuhan, yang artinya adalah perintah Tuhan. Kalau Tuhan yang kehendaki dan perintahkan, maka kita pasti bisa melakukannya.
1 Tesalonika 5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Mengucap syukur dalam segala hal bukanlah hal yang mustahil. Bahkan mengucap syukur senantiasa dalam segala hal merupakan sesuatu yang sebenarnya pasti bisa kita lakukan. Mengapa? Karena hal itu adalah kehendak dan perintah Tuhan.
Apa yang kita pikirkan ketika kita melihat seorang ayah menyuruh anaknya yang masih berusia 4 tahun untuk mengangkat sebuah lemari besar yang berat? Bahkan memerintahkan dengan keras dan memaksakan kehendaknya itu. Tentu kita sepakat untuk mengatakan bahwa ayah anak itu tidak benar dan mungkin kurang waras.
Jika sebagai manusia saja kita tahu untuk tidak memaksakan kehendak kita atau perintah kita yang tidak mungkin dapat dikerjakan oleh anak kita, apalagi Bapa di Surga. Tuhan tidak mungkin memerintahkan sesuatu yang tidak bisa kita kerjakan.
Jadi jika Tuhan memerintahkan kita untuk senantiasa mengucap syukur, itu artinya Tuhan tahu bahwa sebenarnya kita bisa melakukannya. Mengucap syukur itu bukan soal bisa atau tidak bisa, tetapi soal mau atau tidak mau.
Dasar Ucapan Syukur Bukan Situasi dan Kondisi Hidup, Melainkan Kasih Allah Yang Kekal
Lalu kenapa banyak orang tidak dapat senantiasa mengucap syukur? Jawabannya adalah karena kebanyakan orang salah meletakan dasar ucapan syukurnya. Banyak orang bersyukur berdasarkan situasi dan kondisi hidupnya. Inilah yang membuat orang tidak bisa senantiasa mengucap syukur.
Kata senantiasa artinya terus menerus tanpa henti dan tidak berubah. Maka untuk dapat senantiasa mengucap syukur, kita perlu dasar atau alasan yang juga tidak pernah berubah.
Situasi dan kondisi hidup kita tidak bisa dijadikan landasan bagi ucapan syukur kita karena sikon hidup itu selalu berubah-ubah. Hari ini senang besok bisa sedih, hari ini sehat besok bisa saja sakit, hari ini tidak ada masalah, besok masalah bisa saja masalah datang tanpa permisi.
Oleh karena itulah, kita perlu memiliki landasan yang kuat dan tetap, sesuatu yang tidak pernah berubah meskipun kondisi hidup berubah.
Apa dasar atau landasan ucapan syukur yang benar? Landasan atau dasar ucapan syukur kita adalah kasih Allah yang sudah terbukti.
Roma 8:32 (TB) Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Kalau kita rela memberikan sesuatu yg sangat berharga dalam hidup kita kepada seseorang, artinya apa? Artinya adalah kita sangat mengasihi seseorang tersebut sehingga rela memberikan sesuatu yg paling berharga.
Demikian juga Tuhan kita, kalau Dia sudah relakan AnakNya bagi kita, itu tentu sudah sangat cukup membuktikan kasih sayang Allah pada kita. Dan kasih Allah dalam Kristus itu adalah kasih yg abadi, kasih yang tidak berubah apapun yang terjadi. Tidak ada sesuatu pun didunia ini yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus.
Roma 8:35 (TB) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Roma 8:38-39 (TB) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Jadi jelas kasih Allah adalah kasih yang abadi dan tak pernah berubah. Inilah alasan mengapa kita perlu mendasarkan ucapan syukur kita bukan kepada situasi dan kondisi tetapi kepada kasih Allah.
Adanya Masalah Hidup Bukan Berarti Tuhan Tidak Mengasihi
Kalau kita sedang dalam masalah, apakah itu berarti Tuhan tidak mengasihi kita?
Tentu tidak!! Dia tetap Allah yg mengasihi kita.. apa buktinya? Dia sudah memberikan Anak-Nya yg tinggal bagi kita, itulah bukti kasih Allah yg tidak terbantahkan. Masalah itu ada dalam hidup kita bukan karena Tuhan tidak mengasihi kita.
Tujuan Tuhan mengijinkan masalah terjadi dalam hidup kita adalah agar kita menjadi serupa dengan Kristus dan iman kita semakin murni
Roma 8:29 (TB) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
1 Petrus 1:6-7 (TB) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Namun masalah juga bisa terjadi karena kesalahan dan dosa kita. Oleh karena itulah Firman Tuhan juga mengingatkan agar kita jangan sampai menjadi orang yang mengalami penderitaan dan masalah karena dosa.
1 Petrus 4:15-16 (TB) Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.
Dengan demikian jelaslah bahwa masalah dan pencobaan terjadi bukan karena Tuhan tidak mengasihi kita, tetapi bisa terjadi karena dua hal tersebut diatas. Pertama untuk membuat iman kita semakin murni sehingga kita semakin serupa dengan Kristus. Kedua adalah karena kesalaha dan dosa kita.
Kalau itu terjadi sebagai bentuk ujian untuk memurnikan iman kita, maka bersyukurlah karena itu artinya kita akan naik kelas. Kalau itu terjadi karena kesalahan dan dosa kita, maka bertobatlah.
Namun yang pasti, Tuhan tetap mengasihi kita dan kasihNya tidak pernah berubah. Bahkan ketika kita masih berdosa Tuhan tetap menunjukan kasihNya bagi kita
Roma 5:8 (TB) Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Resiko terburuk dari masalah adalah kematian, dan didalam Tuhan maut telah dikalahkan, jadi tidak ada alasan untuk kita tidak mengucap syukur. Ucapan syukur yang benar akan membawa dampak besar bagi hidup kita.
Apabila kita mendasarkan ucapan syukur kita kepada kasih Allah dalam Kristus, maka niscaya kita akan selalu dimampukan untuk senantiasa mengucap syukur dalam segala hal. Selamat merenungkan, Tuhan Yesus memberkati..
Posting Komentar untuk "Dasar Yang Benar Dalam Mengucap Syukur"