Respon Terhadap Anugerah Tuhan Dalam Natal
Natal adalah anugerah terindah dari Tuhan bagi umat manusia. Kelahiran Yesus menandakan hadirnya Allah dalam wujud manusia di tengah kehidupan manusia. Sebuah wujud kasih yang begitu besar, Allah yang rela meninggalkan segala kemuliaanNya untuk menjadi sama seperti manusia. Tuhan datang untuk menyelamatkan manusia.
Yohanes 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Yohanes 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Kasih Tuhan terwujud begitu nyata menyapa umat manusia, namun tidak semua orang dapat mengerti dan merespon dengan benar anugerah Tuhan yang berlimpah itu. Padahal respon kita terhadap anugerah Tuhan akan sangat menentukan masa depan kita. Pada peristiwa Natal itu sendiri ada berbagai respon manusia yang muncul. Ada yang acuh, ada yang justru kuatir namun ada juga yang mencarinya dengan seksama dan datang menyembah Yesus.
Dari kisah dalam Matius 2:1-12 kita dapat melihat munculnya berbagai respon tersebut dari beberapa orang menanggapi berita kelahiran Yesus. Kalau kita membaca perikop tersebut maka kita akan menemukan setidaknya tiga respon yang berbeda menanggapi berita kelahiran Yesus. Para Imam kepala yang acuh atau cuek akan berita tersebut, Herodes yang kuatir kekuasaannya terancam, serta orang-orang Majus yang mencari dan kemudian menyembah Yesus.
Dari tiga respon terhadap kelahiran Yesus kita dapat belajar bahwa tidak semua orang dapat merespon anugerah Tuhan dengan benar. Mari kita belajar bersama agar kita dapat memiliki respon yang benar terhadap anugerah Tuhan yang begitu besar atas kehidupan kita.
Respon Para Imam Kepala dan Ahli Taurat
Berita kelahiran Yesus yang disebut sebagai raja orang Yahudi membuat gempar seluruh Yerusalem, termasuk didalamnya Herodes (ayat 3). Dalam Matius 2:4-6 dikisahkan raja Herodes memanggil para imam dan ahli Taurat untuk ditanyai berkenaan dengan kelahiran Yesus, dimana tempat yang disebutkan dalam kitab nabi mengenai hal tersebut.
Maitus 2:4-6 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Mereka menjawab raja Herodes sesuai dengan apa yang mereka ketahui mengenai hal tersebut, bahwa menurut kitab nabi, Mesias itu akan dilahirkan di kota Betlehem. Namun yang menarik disini adalah respon mereka yang bisa dikatakan biasa saja. Mereka hanya menjawab pertanyaan Herodes dan tidak ada respon lain yang tercatat disana. Seolah mereka acuh dan tidak peduli akan kabar berita tersebut.
Padahal seharusnya mereka adalah orang yang paling antusias mendengar kabar berita tersebut. Mereka adalah orang yang paling mengerti dan memahami nubuatan akan hadirnya Mesias. Namun nyatanya mereka mersepon dengan acuh anugerah Tuhan tersebut. Mereka tidak peduli dan bersikap masa bodo. Mengapa mereka bersikap seperti itu?
Besar kemungkinan mereka acuh dan tidak peduli akan kabar tersebut adalah karena mereka dalam kondisi yang nyaman secara manusia. Kenyamanan hidup membuat mereka tidak peduli lagi akan datangnya Mesias. Imam kepala dan Ahli Taurat merupakan orang dekat Herodes. Mereka merupakan anggota Sanhedrin yaitu badan legislatif dan Mahkamah Agama yang memiliki cukup banyak kewenangan dibawah pemerintahan Romawi.
Hal ini tentu membuat kehidupan mereka terjamin serta memiliki kedudukan dan kekuasaan yang lebih tinggi dibanding dengan kebanyakan orang Yahudi lainnya. Oleh karena itulah, mereka mungkin sudah merasa tidak memerlukan Mesias lagi dan akhirnya bersikap acuh dan tidak peduli akan lahirnya Mesias.
Hati-hati dengan kenyamanan hidup. Kenyamanan hidup seringkali menjadi “silent killer” bagi iman percaya kita. Belajar dari respon para imam kepala dan ahli Taurat yang tidak peduli akan anugerah terbesar Tuhan dalam Natal, yakni lahirnya seorang juruselamat. Kenyamanan hidup dapat membuat kita lupa bahwa hidup kita semata karena anugerah dari Tuhan.
Ada begitu banyak anugerah Tuhan dalam hidup kita yang karena kenyamanan hidup, kita lupa untuk mensyukurinya. Nafas kehidupan, sinar matahari, air, istri/suami, anak, keluarga dan masih banyak hal lainnya yang sebenanrnya adalah anugerah Tuhan bagi hidup kita. Kesempatan kita bisa berdoa, beribadah, melayani juga adalah bagian dari anugerah Tuhan bagi hidup kita. Namun terkadang kita lupa dan bahkan tidak peduli akan hal-hal tersebut.
Respon Raja Herodes
Jika imam kepala dan ahli Taurat merespon kelahiran Yesus dengan sikap acuh dan tidak peduli, lain halnya dengan raja Herodes. Dia begitu peduli dan memberi perhatian penuh akan kabar berita tersebut. Dia memanggil imam kepala dan ahli Taurat untuk diminta keterangan. Tak puas dengan itu dia juga memanggil orang-orang Majus untuk menghadap. Namun motivasi utamanya bukanlah karena dia bersukacita dan bersyukur, melainkan karena dia takut akan kehilangan tahtanya.
Fokus herodes bukan untuk menyembah Yesus, sebaliknya agar kenyamanan dan kekuasaannya tidak direbut. Herodes takut dan kuatir kalau-kalau Yesus kemudian benar-benar menjelma menjadi raja orang Yahudi dan kemudian berperang melawan Herodes untuk menyelamatkan orang Yahudi dari penjajahan Romawi waktu itu.
Herodes merupakan gambaran orang-orang yang kelihatannya ingin menyembah Tuhan, beribadah kepada Tuhan, namun sesungguhnya hanya ingin mendapat keuntungan secara pribadi. Herodes adalah gambaran orang-orang yang dimulutnya berkata menyembah Yesus, namun kelakuannya bertentangan dengan hal tersebut.
Mari koreksi kehidupan kita bersama. Adakah kita mencari Tuhan adalah benar untuk menyembah Tuhan atau hanya untuk berharap menerima imbalan. Orang-orang seperti ini biasanya dapat terlihat dari beberapa ciri. Orang seperti ini akan mudah marah dan kecewa ketika keinginnanya tidak terpenuhi, doanya tidak terjawab atau permasalahan datang menimpa. Seperti Herodes yang marah ketika tidak menemukan Yesus dan kemudian memerintahkan membunuh seluruh bayi orang Yahudi yang berusia dibawah dua tahun.
Orang seperti ini akan mudah kecewa, sebab dasar motivasinya datang kepada Tuhan bukan benar-benar untuk menyembah Tuhan dan bersyukur untuk anugerah Tuhan yang berlimpah, namun hanya ingin memperoleh sesuatu demi keuntungan pribadi. Orang seperti ini juga akan nampak dalam buah kehidupannya. Perilaku orang seperti ini akan cenderung bertentangan dengan sikap seorang yang menyadari anugerah Tuhan.
Yuk mari terus jaga motivasi hati kita agar tetap murni dihadapan Tuhan. Mencari Tuhan dengan sungguh hati karena menyadari anugerah Tuhan, bukan karena ingin mendapat keuntungan pribadi. Berkat itu pasti kita dapat ketika kita mencari sang sumber berkat. Maka jangan berfokus cari berkat, berfokuslah mencari sang sumber berkat itu sendiri.
Respon Orang Majus
Orang Majus menjadi gambaran respon yang benar terhadap anugerah Tuhan. Ketika mendengar kabar kelahiran Yesus, mereka bergerak mencari Yesus dan menyembahNya. Mereka menjadi orang yang menyambut anugerah Tuhan dengan penuh sukacita dan antusias.
Orang Majus menjadi teladan sekaligus sindiran bagi kita orang percaya. Keteladanan mereka menyembah Yesus patut ditiru, namun disisi lain kita juga seharusnya malu dan tersadar bahwa seharusnya kita melakukan lebih dari apa yang dilakukan orang Majus. Sebab kita harus tahu bahwa orang Majus notabene adalah bukan orang Yahudi, mereka berasal dari bangsa yang tidak mengenal TUHAN.
Hal ini menjadi pengingat bagi kita, bahwa terkadang orang yang notabene bukan orang Kristen, memiliki sikap yang lebih baik dari kita yang katanya orang percaya. Mereka menyembah Yesus dengan memberikan hadiah terbaik yang dapat mereka berikan dalam wujud emas, kemenyan dan mur.
Matius 2:11 Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita manyedari anugerah Tuhan yang besar atas hidup kita dan berespon benar dengan memberikan segala yang terbaik dari hidup kita?
Hati yang terbaik, pikiran yang terbaik, perkataan yang terbaik, perbuatan yang terbaik, karakter yang terbaik dan versi terbaik dari diri kita serta segala yang terbaik yang kita miliki persembahkanlah untuk TUHAN. Dari respon orang Majus kita juga belajar bahwa menyembah Tuhan bukan sekedar perkataan (seperti Herodes), namun juga tindakan nyata. Tindakan seperti apa?
Meyembah berarti memberi persembahan yang terbaik bagi pribadi yang kita sembah. Menyembah bukan karena kita ingin menerima sesuatu, tetapi hanya karena kita ingin memberikan sesuatu. Mari responi anugerah Tuhan dengan memberikan yang terbaik bagi Yesus, Tuhan dan Raja kita. Amin..
Posting Komentar untuk "Respon Terhadap Anugerah Tuhan Dalam Natal"