Kedaulatan Allah Dalam Hidup Manusia
Hari ini kita akan belajar mengenai kedaulatan Tuhan. Dalam hidup ini terkadang kita melupakan adanya kedaulatan Tuhan. Kedaulatan Tuhan artinya adalah kekuasaan Tuhan secara penuh atas hidup kita. Secara gamblang bisa diartikan bahwa kedaulatan Tuhan merupakan hak Tuhan untuk melakukan apapun yang Tuhan kehendaki atas hidup kita.
Sebagai Tuhan yang menciptakan segala sesuatu dalam kehidupan manusia tentu tidak ada yang salah jika Tuhan memiliki kedaulatan atas semua ciptaanNya termasuk manusia. Namun terkadang manusia melupakan hal ini bahkan seolah Tuhanlah yang harus memenuhi kehendak kita sebagai manusia.
Ketika harapan dan keinginan kita tidak atau belum tercapai seringkali kita mengeluh dan tak jarang pula menyalahkan Tuhan. Contoh sederhana adalah pola pikir yang berharap bahwa ketika kita mengikut Tuhan dan bersungguh-sungguh, maka kita berharap suatu kehidupan yang bebas dari masalah dan pencobaan. Namun benarkah pola pikir seperti ini?
Tentu saja pola pikir seperti itu tidaklah sesuai dengan kebenaran. Sebab selama kita ada di dunia ini, maka persoalan, masalah dan pencobaan akan silih berganti menghampiri hidup kita. Tuhan Yesus sendiri ketika hidup di dunia ini menjadi manusia mengalami berbagai cobaan dan pergumulan hidup.
Terkadang ketika kita semakin sungguh-sungguh dengan Tuhan, kita belajar hidup benar dan kita belajar melayani Tuhan, justru persoalan datang silih berganti, cobaan menghampiri dan berbagai pergumulan mendera hidup kita. Pada saat seperti ini tidak jarang kita menyalahkan Tuhan atau setidaknya bertanya kepada Tuhan, “Mengapa semua ini terjadi?” “Apa salah dan dosaku?”
Kesalehan Tidak Menjamin Hidup Bebas Dari Persoalan
Mari belajar bahwa kesetiaan dan kesungguhan kita mengikut Tuhan tidaklah menjamin hidup kita bebas dari persoalan dan cobaan. Kesalehan kita tidaklah membuat hidup bebas dari penderitaan. Sebab terkadang justru Tuhan memakai semua itu agar iman kita semakin teruji dan pada akhirnya kita menyadari akan kedaulatan Allah atas hidup kita.
Kisah hidup Ayub menjadi suatu teladan bagi kita agar menyadari dan mengakui kedaulatan Tuhan atas hidup kita. Kita tahu Ayub adalah seorang yang saleh. Ayub seorang yang jujur dan takut akan Tuhan. Dia juga seorang yang memiliki integritas moral serta komitmen yang kuat untuk mengikut Tuhan.
Tuhan sendiri mengakui kesalehan hidup Ayub. Namun, kesalehan Ayub tidak serta merta meluputkan Ayub dari pencobaan dan penderitaan. Bahkan kalau kita melihat kisah Ayub, Allah sendirilah yang mengijinkan iblis untuk mencobai hidup Ayub.
Allah juga tidak secara langsung membebaskan Ayub dari penderitaan yang dialaminya. Ayub bahkan “dibiarkan” jatuh sampai ke titik terendah dalam hidupnya. Hartanya habis, anak-anaknya mati, tubuhnya terkena penyakit. Istrinya yang seharusnya menghibur dan menguatkan justru meminta Ayub untuk mengutuki Allah.
Tetapi sungguhpun dalam kehidupan yang berada dalam titik terendah itu Ayub tetap setia kepada Allah. Ayub masih bisa berkata kepada istrinya “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayub 2:10). Menariknya, Allah seperti mengabaikan kesalehan dan kesetiaan Ayub tersebut. Penderitaan Ayub tidak juga segera diangkat oleh Allah.
Ayub justru mendapat tuduhan dari sahabat-sahabatnya bahwa Ayub pasti melakukan suatu dosa dan kesalahan sehingga segala penderitaan itu menimpa hidupnya. Ayub pun membela dirinya dan terjadilah perdebatan diantara mereka. Ayub tetap berkeras bahwa dia tidak melakukan suatu dosa dan bahwa dia telah hidup dengan saleh. Namun semakin Ayub berdebat, semakin Ayub tidak mengalami pemulihan.
Mengakui Kedaulatan Allah Membawa Pemulihan
Ayub beroleh pemulihan justru setelah dia mau merendahkan diri dan merendahkan hatinya dalam penyesalan dihadapan Allah. Ayub mencabut perkataannya yang merupakan pembelaan dirinya atas ketidakberdosaannya selama ini. Ayub belajar untuk menerima kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Mengakui kedaulatan Allah berarti mengakui pula bahwa Allah sanggup memulihkan.
Ayub 42:6 “Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."
Dari sini kita belajar, bahwa sesaleh apapun hidup manusia, tetap harus dapat mengakui kedaulatan Allah atas hidupnya. Kesalehan manusia tidak dapat “meyetir” Tuhan agar melakukan apa yang diinginkan manusia. Karena manusia bisa hidup saleh dan benar itupun adalah anugerah Tuhan semata.
Pengakuan atas kedaulatan Tuhan inilah yang membawa hidup Ayub mengalami pemulihan dari Tuhan. Pengakuan akan kedaulatan Allah inilah yang membawa Ayub berhasil mengalahkan iblis. Sudahkah kita mengakui kedaulatan Tuhan atas hidup kita?
Ketika kita memahami dan mengakui kedaulatan Tuhan, maka kita tidak akan lagi menyalahkan Tuhan ataupun bersungut-sungut. Kita mengakui bahwa Tuhan berhak melakukan apapun atas hidup kita. Tuhan berhak mengijinkan apapun terjadi atas hidup kita, termasuk pencobaan dan penderitaan.
Namun kita juga perlu percaya bahwa diatas kedaulatan Tuhan, Dia tetaplah Allah yang penuh kasih dan setia. KedaulatanNya tidaklah membuat Dia menjadi arogan dan seenaknya sendiri serta ingin menghancurkan hidup manusia. Justru sebaliknya, dibalik kedaulatan Allah, Dia ingin melimpahkan kasih, berkat dan pemulihanNya atas hidup kita.
Kedaulatan Allah Dalam Kasih dan SetiaNya
Dari kisah Ayub kita juga dapat melihat bahwa dalam kedaulatan Tuhan ada kasih Tuhan yang menopang Ayub. Kasih dan setia Tuhan sajalah yang memampukan Ayub melewati segala penderitaan yang dialami. Kasih Tuhan sajalah yang membawa Ayub menyadari kedaulatan Tuhan sehingga dia dipulihkan oleh Tuhan.
Apapun yang terjadi percayalah bahwa Dia Tuhan yang berdaulat dan memegang kendali atas hidupmu. Dalam segala hal dan segala situasi Tuhan selalu menyertai. Sebab Dia adalah Allah yang berdaulat atas hidup kita, sekaligus Allah yang penuh kasih dan setia. Amin..
Posting Komentar untuk "Kedaulatan Allah Dalam Hidup Manusia"