Ketika Bahagia Terasa Sulit
Pernah gak kamu ngalamin keadaan dimana rasanya sulit sekali untuk bisa bahagia. Terasa sulit untuk gembira dan menikmati hidup. Biasanya keadaan seperti itu kita alami saat menghadapi kesulitan hidup.
Kemarin ada salah satu teman saya yang menulis di status media sosialnya begini "being happy is hard". Dia merasa bahwa keadaannya saat-saat ini membuatnya sulit untuk merasa bahagia. Pergumulan di tengah pandemi membuat hidupnya berada dalam tekanan. Bisnis yang mulai menurun omsetnya ditambah mamahnya yang sedang sakit membuatnya merasa sulit untuk menikmati hidup. Sampai-sampai dia curhat di media sosial lewat status yang dia tulis.
Dasar Kebahagiaan yang Salah
Keadaan dunia ini memang dapat membuat kita kehilangan kebahagiaan hidup. Sebab keadaan didunia ini selalu berubah dan tak pernah sama. Hari ini keadaan bisa normal tanpa masalah, besok bisa saja masalah itu datang. Oleh karena itulah kita tidak boleh menaruh kebahagiaan kita pada situasi dan keadaan hidup.
Sebab bila kita menaruh kebahagiaan hidup kita kepada keadaan dan situasi hidup kita, maka kebahagiaan kita juga akan mudah berubah seiring berubahnya keadaan hidup kita. Lalu dimana kita bisa meletakkan dasar kebahagiaan kita agar tetap bisa kita rasakan dalam segala kondisi hidup kita? Mari kita kembali ke Alkitab sebagai jawabannya.
Dasar Kebahagiaan Menurut Alkitab
Mazmur 37:4 (TB) dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
Penulis kitab Mazmur mengajarkan kita untuk mendasarkan kebahagiaan kita kepada Tuhan. Sebab dari Tuhanlah kita menerima segala sesuatu. Bahkan kekuatan kita ketika kita menghadapi persoalan adalah di dalam Tuhan. Tuhan adalah pribadi yang setia dan tidak pernah berubah setia.
1 Korintus 1:9
Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.
2 Tesalonika 3:3
Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
Inilah alasan mengapa kita harus mendasarkan kebahagiaan kita kepada Tuhan. Dia yang tidak pernah berubah setia dan selalu menguatkan kita dalam segala keadaan.
Dalam segala keadaan usahakanlah fokus hidup kita tetap kepada Tuhan. Terkadang satu hal yang buruk membuat kita tidak bisa melihat bahwa masih ada banyak hal baik yang bisa kita syukuri.
Ketika bisnis menurun misalkan, kita masih bisa bersyukur atas makanan dan minuman yang kita masih bisa nikmati. Ketika kita sakit, kita masih bisa bersyukur untuk kehidupan yang Tuhan masih berikan, bersyukur atas keluarga dan orang-orang yang peduli serta mendoakan kita. Jadi, selalu ada hal baik ditengah seburuk apapun keadaan.
Untuk melihat kebaikan itu ditengah keadaan buruk, kita perlu memfokuskan diri kepada Tuhan. Hanya dengan cara demikian maka kita tetap bisa melihat kebaikan Tuhan yang membuat kita selalu dapat menjalani setiap keadaan hidup kita dengan kebahagiaan.
Bukan bahagia karena keadaan yang buruk, tetapi bahagia karena kita masih punya Tuhan yang setia. Sebab keadaan yang buruk tentu membuat kita sedih sebagai manusia dan itu wajar saja. Namun ketika kita meletakkan kebahagiaan kita pada Tuhan dan bukan pada keadaan, maka kita masih bisa merasakan kebaikan Tuhan yang membuat kita bisa tetap bahagia di tengah getirnya kehidupan.
Bahagia itu Pilihan Hidup
Mungkin sebagian kita berkata, mudah sekali berbicara agar tetap bahagia di tengah keadaan yang buruk. Coba saja mengalami sendiri, belum tentu juga bisa bahagia. Untuk hal tersebut saya hanya ingin berkata bahwa pilihan ada ditangan kita.
Bahagia di tengah keadaan yang buruk memang sulit. Tetapi tidak bahagia dalam keadaan buruk, membuat keadaan tersebut justru semakin terasa sulit. Sebab Firman Tuhan juga mengatakan bahwa "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu" (Amsal 24:10). Maka, pilihlah untuk tetap berbahagia di dalam Tuhan. Sebab bahagia dimasa sulit adalah perwujudan dari iman kita kepada Tuhan seperti yang saya tulis dalam renungan yang berjudul "gembira adalah ekpresi iman."
Posting Komentar untuk "Ketika Bahagia Terasa Sulit"