Masih Perlukah Memiliki Kesabaran ?
Pada jaman yang semakin maju seperti sekarang ini, banyak orang menjadi tidak mudah untuk sabar. Kesabaran menjadi barang yang langka dan dianggap tidak relevan lagi bagi jaman yang serba cepat ini. Kesabaran dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu lagi dimiliki.
Semua berlomba untuk bisa melangkah, bekerja atau mencapai sesuatu secara cepat. Bahkan banyak produk yang sekarang sudah dibuat secara instan. Kalau dulu mungkin hanya mie instan, tetapi sekarang sudah begitu banyak makanan instan yang lainnya, seperti bakso instan, bubur instan, hingga siomay instan pun ada.
Orang semakin cenderung ingin cepat-cepat dalam mengerjakan segala sesuatu. Tidak peduli pekerjaannya asal-asalan atau sembarang yang penting bisa cepat selesai. Orang menjadi semakin sensitif dan mudah terbawa perasaan yang mengakibatkan mudah tersinggung dan lekas marah. Bagaimana orang Kristen menanggapi situasi dunia saat ini yang seperti itu?
Kesabaran harus tetap dimiliki oleh orang percaya agar dapat menjadi terang di tengah kegelapan dunia. Kesabaran bukanlah sekadar menahan atau menyembunyikan gejolak perasaan yang timbul ketika orang lain menyakiti atau menyinggung perasaan kita. Kesabaran tidaklah terbatas pada menahan amarah atau kemampuan untuk menahan sakit.
Rasul Paulus dalam Galatia 5:22 menyebut kesabaran sebagai salah satu dari buah-buah Roh. Kata kesabaran dalam ayat tersebut dapat diartikan sebagai “ketekunan”. Dengan pengertian tersebut maka kesabaran memiliki arti yang jauh lebih kuat daripada apa yang biasa kita sebut sebagai kesabaran. Kesabaran bukan hanya berbicara mengenai menahan emosi atau perasaan namun juga berbicara tentang kesadaran untuk tetap tekun menjaga hati dan terus melakukan yang terbaik.
Tuhan Yesus menjadi teladan bagi kita dalam hal kesabaran. Yesus bukan hanya menahan emosi atau perasaan. Bukan pula hanya menahan penderitaan yang harus dialami. Namun Dia tekun menjalani penderitaan dengan hati yang tetap tenang. Bahkan kepada setiap orang yang menganiaya dan menyalibkan-Nya Yesus tetap meminta pengampunan bagi mereka kepada Bapa. Inilah makna kesabaran yang sesungguhnya.
Lukas 23:33-34 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Apa yang membuat Yesus mampu memiliki kesabaran yang demikian? Jawabannya adalah karena Yesus memiliki kasih yang tulus bagi dunia ini. Itulah yang membuat Yesus mampu bersabar dan terus tekun memikul salib. Kasih itu sabar, seperti yang disampaikan juga oleh rasul Paulus dalam 1 Korintus 13:4. Dengan memiliki kasih maka kita mampu sabar satu dengan yang lain.
Kolose 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Ayat Firman Tuhan dalam Kolose 3:13 tersebut mengingatkan kita sebagai orang Kristen untuk memiliki kesabaran satu dengan yang lain. Kesabaran yang ditunjukkan dengan saling mengampuni satu dengan yang lain. Tuhan terlebih dahulu sabar dan mengampuni kesalahan kita. Dia tetap tekun menyelesaikan karya pengampunan di kayu salib agar kita bisa diampuni. Oleh karena itu, milikilah kesabaran.
Mari kita renungkan hidup kita, jadilah pribadi yang memiliki kesabaran di tengah dunia yang menganggap tidak perlu memiliki kesabaran. Kesabaran dalam menahan emosi maupun kesabaran dalam melakukan sesuatu sehingga tidak tergesa-gesa, melainkan dengan ketekunan mengerjakan bagian kita dan memberi yang terbaik.
Posting Komentar untuk "Masih Perlukah Memiliki Kesabaran ?"